Thursday, November 6, 2014

Analisis Tema dan Fakta Cerita Novel Layang-Layang Putus Karya Masharto Alfathi (Sebuah Kajian Struktural)





 ABSTRAK
Ari Dwiatmoko


Penelitian ini berjudul Tema dan Fakta Cerita dalam Novel Layang-Layang Putus Karya Masharto Alfathi (Sebuah Kajian Struktural) yang bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai: (1) tema, (2) fakta cerita, dan (3) keterkaitan tema dengan fakta cerita yang terdapat dalam novel Layang-Layang Putus karya Masharto Alfathi. Peneliti memilih novel Layang-Layang Putus karya Masharto Alfathi, antara lain karena novel ini berisi tentang perjuangan orang-orang difabel (kemampuan berbeda/cacat) yang ingin meraih cita-cita sehingga sejajar dengan orang lain dan ingin mendapatkan bukti-bukti yang jelas tentang unsur-unsur yang membangun novel tersebut terutama tema dan fakta cerita.

Subjek penelitian ini adalah novel Layang-Layang Putus karya Masharto Alfathi yang diterbitkan pada tahun 2005. Objek penelitian ini adalah tema, fakta cerita, dan keterkaitan tema dengan fakta cerita (alur, latar, tokoh dan penokohan). Metode pengumpulan data adalah studi kepustakaan (library research) dan teknik baca catat. Instrumen penelitian berupa kartu data. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1) tema terdiri atas tema utama dan tema tambahan. Tema utama yaitu orang-orang difabel (kemampuan berbeda atau cacat) adalah manusia biasa yang juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, sedangkan tema tambahan yaitu a) orang-orang difabel berjuang mendapatkan hak yang sama dengan orang pada umumnya melalui sebuah organisasi, b) harapan hidup orang-orang difabel di masyarakat yang tidak sesuai dengan kenyataan, 2) fakta cerita, yaitu a) alur terdiri dari alur lurus dan alur sorot balik. Menurut tahapan alur, dibagi menjadi alur awal, alur tengah, dan alur akhir, b) latar yang terdapat dalam novel Layang-Layang Putus adalah latar tempat dan sosial. Latar tempat berada di Pasar Wage, Desa Kaliwiru, Kaliwiru, dan Yogyakarta, sedangkan latar sosial menggunakan kelas sosial menengah ke bawah, kelas menengah, dan kelas menengah atas, c) tokoh utama yaitu Yoyok dan tokoh tambahan yaitu Marto Klowor, Sarmin Pincang, Hesti Ayuningtyas, Pak Lurah, Intan Maharani, dan orang-orang difabel (Budi, Prayogo, dan Pak Mardi), dan penokohan cara melukiskan watak tokoh dengan menggunakan dua cara, yaitu secara langsung (analitik) dan secara tidak langsung (dramatik). Secara langsung, pengarang langsung melukiskan tokoh. Secara tidak langsung, yaitu menggunakan: (1) teknik cakapan dan (2) teknik pikiran tokoh, dan 3) keterkaitan tema dengan fakta cerita (alur, latar, tokoh dan penokohan), terdapat hubungan yang erat antara tema dengan fakta cerita dalam novel Layang-Layang Putus, karena melalui rangkaian alur yang saling susul menyusul, latar tempat dimana tokoh Yoyok dan orang-orang difabel melakukan aktivitas, latar sosial yang lebih banyak menonjolkan kelas menengah ke bawah, tokoh yang banyak menyandang cacat, serta penokohan yang lebih banyak menonjolkan ketidakpercayaan diri sangat mendukung baik tema utama maupun tema tambahan.

No comments:

Post a Comment